PRODUK KAMI


Merek-Merek Kami

PT HM Sampoerna Tbk. ("Sampoerna") dan afiliasinya memproduksi, memasarkan dan mendistribusikan rokok di Indonesia, yang meliputi sigaret kretek tangan, sigaret kretek mesin, dan rokok putih. Rokok kretek menguasai sekitar 92% pasar rokok di Indonesia. Di antara merek rokok kretek Sampoerna adalah Dji Sam Soe,  A mildSampoerna Kretekdan U Mild
Berkat fokus dan investasi pada portofolio merek, pada tahun 2010*, empat merek Sampoerna menduduki posisi 10 merek dengan pangsa pasar terbesar di Indonesia. Empat merek tersebut adalah A MildDji Sam SoeMarlboro dan Sampoerna Kretek.
A Mild
A Mild diluncurkan oleh Sampoerna pada tahun 1989. A Mild merupakan pionir produk rokok kategori LTLN (rendah tar rendah nikotin) di Indonesia. Saat ini, A Mild diproduksi di pabrik Karawang dan Sukorejo. Pada tahun 2010, A Mild mempertahankan posisi sebagai merek rokok dengan pangsa pasar terbesar di Indonesia*.
Dji Sam Soe
Dji Sam Soe merupakan sigaret kretek tangan pertama yang diproduksi oleh Handel Maatstchapijj Liem Seeng Tee, yang di kemudian hari menjadi Sampoerna. Dji Sam Soehingga saat ini diproduksi dengan tangan di fasilitas produksi Sampoerna di 3 pabrik di Surabaya dan 1 pabrik di Malang. Kemasannya juga tak pernah berubah selama hampir 100 tahun. Dji Sam Soe diposisikan sebagai kretek premium di Indonesia dan sampai saat ini tetap memimpin untuk segmen SKT*.
Varian Dji Sam Soe meliputi Dji Sam Soe Filter dan Dji Sam Soe Magnum Filter yang merupakan sigaret kretek mesin. Dji Sam Soe Kretek dan Dji Sam Soe Super Premium merupakan sigaret kretek tangan.
Sampoerna  Kretek
Sampoerna Kretek adalah sigaret kretek tangan yang diproduksi pertama kali pada tahun 1968 di Denpasar, Bali, oleh Aga Sampoerna, kepala keluarga Sampoerna generasi kedua.
* Dikutip dari Nielsen Retail Audit – Indonesia Expanded


Sejarah Kretek

Kretek adalah rokok yang terbuat dari campuran tembakau dan cengkeh. Kata "kretek" sendiri berasal dari bunyi gemeretak cengkeh yang timbul ketika rokok dibakar.
Tembakau telah hadir di Indonesia sejak 1600-an ketika tembakau dibawa ke pulau Jawa oleh pedagang dari Portugis. Tembakau (tembako dalam bahasa Jawa) secara fonologis lebih dekat dengan kata “tumbaco” dalam bahasa Portugis.
Penemu Kretek
Pada awalnya, rokok di Indonesia hanya dibuat di rumah, dilinting dan dibungkus dengan kulit jagung.
Tidak sampai akhir abad ke-19 orang-orang mulai menambahkan cengkeh untuk rokok mereka. Tren ini berlangsung cepat dalam beberapa tahun kemudian dimana rokok kretek mulai diproduksi secara komersial. Orang yang diyakini pertama kali mencampurkan cengkeh ke dalam rokok adalah Haji Jamhari, seorang warga Kudus.
Ia mulai memproduksi dan memasarkan penemuannya. Dengan meningkatnya popularitas kretek, berbagai industri rumahan turut menjamur memproduksi rokok kretek.
Awal produksi massal
Haji Jamhari wafat sebelum era produksi massal dari rokok kretek. Hal ini justru diteruskan oleh seorang warga Kudus yang lain, yaitu Nitisemito. Ia mengubah industri rumahan tersebut menjadi produksi massal melalui dua cara. Pertama, ia menciptakan mereknya sendiri, yaitu Bal Tiga, dan membangun citra merek tersebut. Pengembangan label-label produknya dicetaknya di Jepang dan berbagai hadiah diberikan secara cuma-cuma kepada perokok setianya bila mereka menyerahkan bungkus kosong produknya. Kedua, ia mulai mengerjakan berbagai tugas melalui subkontrak. Misalnya ada pihak yang menangani para pekerja, sedangkan Nitisemito menyediakan tembakau, cengkeh dan sausnya. Praktik bisnis seperti ini cepat diadopsi oleh pabrik rokok kretek yang lain dan berlanjut hingga pertengahan abad ke-20, ketika perusahaan-perusahaan mulai merekrut para karyawan sendiri untuk menjamin kualitas dan loyalitas.
Pada era 1960-an, konsumsi kretek mandek dibandingkan rokok putih, karena dianggap memberikan para perokoknya citra yang lebih prestisius. Namun pada era 70-an, industri kretek mengalami revolusi, sehingga kretek dapat berjaya hingga hari ini.
Pada pertengahan 70-an, kondisi ekonomi yang meningkat menarik investasi luar negeri ke Indonesia. Pemerintah menginvestasikan arus masuk uang ini untuk mengembangkan industri pribumi, dan menawarkan pinjaman berbunga rendah kepada produsen rokok kretek.
Rokok kretek buatan mesin juga pertama kali muncul pada era ini, sehingga pembuatan kretek dapat diotomatisasi. Bentuk dan ukuran rokok kretek jenis baru yang seragam ini menjadi kesukaan kalangan atas, dan pada akhir 70-an, rokok kretek telah bersaing langsung dengan merek luar negeri.
Akhirnya, kebijakan transmigrasi pemerintah pada era 70-an turut memastikan bahwa rokok kretek tersebar ke seluruh penjuru nusantara. Transmigrasi yang bertujuan untuk mengurangi kepadatan penduduk di Pulau Jawa dengan memindahkan masyarakat ke pulau-pulau lain ini mendorong perusahaan kretek untuk memperluas distribusinya secara nasional.

Pertanian di Indonesia

Dari benih hingga pengeringan
Sampoerna tidak memiliki pertanian tembakau sendiri. Kami membeli tembakau dari perusahaan pemasok daun tembakau.
Bersama para pemasok, kami bekerja sama dengan petani, instansi pemerintah dan perguruan tinggi dalam berbagi dan mempromosikan praktik terbaik pertanian tembakau. Tujuan kami adalah untuk memastikan bahwa kami memiliki cukup pasokan tembakau berkualitas bagi produk kami, sekaligus memastikan bahwa masyarakat petani yang menyediakannya dapat berkembang secara berkelanjutan.
Praktik Pertanian yang Baik
Untuk meraih tujuan ini, pada tahun 2006 kami memperkenalkan program yang dikembangkan oleh induk perusahaan kami Philip Morris International bertajuk “Praktik Pertanian yang Baik” atau Good Agricultural Practices. Berkoordinasi dengan para pemasok daun tembakau, program ini bertujuan mendukung petani dalam mengembangkan usaha pertanian tembakau yang berkualitas secara berkelanjutan. Sebagai hasil kemitraan ini, pemasok dan petani senantiasa sanggup memberikan pasokan tembakau berkualitas bagi pabrik kami. Sejak tahun 2006, program tersebut telah menjangkau lebih dari lima ribu petani tembakau di provinsi Nusa Tenggara Barat, Jawa Timur, Daerah Istimewa Yogjakarta dan Jawa Tengah.

Produksi Rokok

Dari Lahan Pertanian Hingga Pabrik
Setelah dipanen dan dikeringkan, tembakau dan cengkeh dibawa ke lokasi pabrik. Tembakau biasanya disimpan hingga selama 3 tahun dalam lingkungan terkontrol untuk membantu meningkatkan cita rasanya. Cengkeh juga melewati proses penyimpanan serupa hingga selama satu tahun sebelum diproses menjadi “cengkeh rajang” (cut clove).
Tembakau yang telah disimpan akan diproses terlebih dahulu sebelum dicampur dengan cengkeh rajangan yang telah kering, kemudian dijadikan racikan rokok yang akan dilinting menjadi rokok. Racikan yang telah selesai, yang biasa disebut “cut filler,” disimpan dalam lumbung berukuran besar sebelum memasuki proses produksi rokok.
Rokok kretek dapat berupa sigaret kretek tangan (SKT) atau sigaret kretek mesin (SKM). Salah satu keunikan industri kretek Indonesia ialah masih digunakannya metode pelintingan secara manual dengan tangan, dimana para pekerja melinting produk rokok kretek dengan sangat cepat, bahkan hingga dapat mencapai 350 batang per jam.
Fasilitas Linting-tangan dan Buatan mesin
Produksi sigaret kretek tangan dan sigaret kretek mesin terdiri dari tiga tahapan:
  • Pemrosesan daun tembakau;
  • Produksi rokok;
  • Dan pengemasan serta persiapan distribusi.
Dalam tiap tahapan produksi, pengendalian mutu yang sangat cermat memegang peranan penting untuk memastikan bahwa setiap batang rokok dibuat dengan standar tertinggi. Setelah siap, rokok kemudian dikemas dan dikirimkan untuk proses distribusi.

Apa yang Terkandung dalam Asap Rokok?

Asap rokok mengandung ribuan zat kimia, atau 'komponen asap,' juga disebut sebagai 'emisi asap.' Komponen asap yang paling luas dikenal adalah tar, nikotin, dan karbon monoksida (CO). Selain zat-zat ini, hingga saat ini lebih dari 7,000 zat kimia telah diketahui terkandung dalam asap rokok. Dinas kesehatan masyarakat telah menggolongkan sekitar 70 komponen asap sebagai kemungkinan penyebab penyakit yang terkait dengan merokok, seperti kanker paru, penyakit jantung, dan emfisema.
Komponen asap diukur menggunakan mesin laboratorium. Pada saat ini metode pengujian yang berstandar dan tervalidasi secara internasional hanya tersedia untuk beberapa komponen asap saja, yaitu tar, nikotin, dan karbon monoksida.

Kadar Tar, Nikotin, dan Karbon Monoksida

Kebanyakan perokok sudah mengenal tar, nikotin, dan karbon monoksida karena banyak pemerintah yang mengharuskan produsen untuk mengukur komponen-komponen ini untuk setiap merek rokok dan mencantumkan hasilnya pada kemasan rokok.

Tar

Tar bukanlah komponen asap yang spesifik, melainkan mengacu kepada partikel-partikel asap yang terukur dalam metode pengujian mesin. Partikel-partikel ini terbuat dari banyak komponen asap, termasuk beberapa komponen yang diyakini oleh otoritas kesehatan masyarakat sebagai kemungkinan penyebab penyakit terkait-merokok seperti kanker paru.

Nikotin

Nikotin adalah zat kimia yang terkandung secara alami dalam tanaman tembakau. Apabila tembakau dibakar, nikotin berpindah ke dalam asap. Nikotin dikenal oleh otoritas kesehatan masyarakat sebagai zat yang menimbulkan kecanduan dalam asap tembakau.

Karbon Monoksida

Karbon monoksida adalah gas yang terbentuk dalam asap rokok. Karbon monoksida dikenal sebagai penyebab utama penyakit kardiovaskuler (penyakit jantung) pada perokok.

Komponen Asap Lainnya

Ribuan komponen asap lainnya telah diketahui terkandung dalam asap rokok. Selain nikotin dan karbon monoksida, otoritas kesehatan masyarakat telah menggolongkan sekitar 70 di antaranya sebagai kemungkinan penyebab penyakit terkait-merokok. Sebagian dari komponen ini adalah arsenik, benzena, benzo[a]pirena, logam berat (timbel, kadmium), hidrogen sianida, dan nitrosamina khusus tembakau.

Bahan Kandungan

Komponen utama rokok kami adalah tembakau dan cengkeh. Selain tembakau, kami menambahkan bahan baku lain pada merek-merek kami untuk menjaga tembakau tetap lembab dan membantu memudahkan proses manufaktur. Banyak merek kami yang juga ditambahi bahan pemberi cita rasa untuk memberikan rasa dan aroma tembakau yang khas. Kami juga menggunakan bahan non-tembakau seperti kertas rokok dan filter, yang juga mengandung bahan baku tambahan.
Kami menyediakan informasi terperinci tentang bahan kandungan yang kami gunakan kepada regulator di banyak negara. Informasi ini juga tersedia di bagian Informasi Produk di situs web ini.

Apakah rokok tanpa tambahan bahan kandungan lebih baik bagi Anda?

Dengan atau tanpa bahan kandungan, semua produk tembakau menyebabkan penyakit serius dan menimbulkan ketergantungan. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization , WHO), rokok tanpa bahan kandungan “belum pernah terbukti lebih aman atau lebih sedikit menimbulkan ketergantungan dibandingkan ... rokok [dengan bahan kandungan].” [1]

Apakah bahan kandungan meningkatkan tingkat bahaya atau daya ketergantungan produk-produk kami?

Tidak. Data yang ada, termasuk pengujian internal kami serta data di pasaran, menunjukkan bahwa bahan kandungan yang kami gunakan tidak meningkatkan dampak berbahaya dari merokok.
Tidak ada alasan untuk mempercayai bahwa rokok yang dijual tanpa bahan kandungan lain adalah lebih aman atau lebih sedikit menimbulkan ketergantungan dibandingkan rokok yang dijual dengan bahan kandungan. Itulah yang dikatakan WHO. Prevalensi merokok, tingkat penghentian merokok, dan tingkat penyakit terkait-merokok di negara-negara di mana sebagian besar konsumen mengisap rokok dengan bahan pembentuk cita rasa umumnya sama dengan tingkat di negara-negara di mana kebanyakan konsumen mengisap rokok tanpa bahan pembentuk cita rasa.
Intinya adalah, merokok menyebabkan penyakit serius dan menimbulkan ketergantungan, tanpa melihat apakah menggunakan bahan kandungan atau tidak.

Apakah Sampoerna menggunakan bahan kandungan untuk meningkatkan daya ketergantungan rokok-rokoknya?

Tidak. Kami tidak menggunakan bahan kandungan untuk meningkatkan daya ketergantungan merek rokok kami. Rokok akan tetap menimbulkan ketergantungan, dengan atau tanpa bahan kandungan.